Bursa Jepang melaju karena faktor-faktor ini

Bursa Jepang dibuka positif pada transaksi perdagangan hari ini (30/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.30 waktu Tokyo, indeks Topix naik 0,5% menjadi 1.276,49. Kemarin, indeks acuan Negeri Sakura ini melompat 1,5%. Sementara itu, indeks Nikkei 225 Stock Average melompat 1,5% menjadi 15.628,88.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Jepang. Beberapa di antaranya yakni: Honda Motor Co yang naik 1,5%, Nintendo Co naik 3,5%, dan Yahoo Japan Corp turun 6,1%.
Bursa Jepang mendaki setelah yen masih mempertahankan pelemahannya akibat langkah the Federal Reserve yang mengakhiri program pembelian obligasinya. Catatan saja, pagi ini, yen diperdagangkan di level 108,98 per dollar AS setelah melemah 0,7% kemarin.
Selain itu, "Manufaktur besar di AS berkembang cukup baik seiring dengan pemulihan ekonomi di negara tersebut. Yen juga melemah. Dampak positifnya menyebar ke negara lain," jelas Mitsushige Akino, executive officer Ichiyoshi Asset Management Co di Tokyo.
Sekadar tambahan informasi, the Federal Reserve mengakhiri program quantitative easing (QE) mereka yang bersejarah pada Rabu (29/10). Artinya, bank sentral AS itu mengakhiri pembelian obligasi bulanan senilai US$ 15 miliar. Tujuannya tak lain untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS.
Meskipun mengakhiri program ini, the Federal Open Market Committee tetap mempertimbangkan periode waktu yang menjadi patokan bagi investor terkait kapan suku bunga AS akan dinaikkan. Waktu yang dipertimbangkan itu mengacu pada kapan the Fed akan mulai menaikkan suku bunga setelah mengakhiri program QE.
Berkaitan hal tersebut, bank sentral AS menyatakan bahwa pihaknya akan menahan suku bunga jangka pendek mendekati level nol hingga ekonomi AS semakin membaik.

Bursa Asia naik karena the Fed dan kinerja emiten

Bursa Asia memancarkan sinyal positif saat dibuka pagi ini (30/10). Melihat data Bloomberg, pada pukul 09.29 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,2%.
Sementara itu, indeks Topix Jepang naik 0,5%. Demikian pula halnya dengan indeks S&P/ASX 200 Australia yang naik 0,5%. Sedangkan indeks Kospi Korea Selatan turun 0,3% dan indeks NZX 50 Selandia Baru naik 0,5%.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Beberapa di antaranya yakni: Samsung Electronics Co dan Nintendo Co yang reli pasca merilis kinerjanya. Sedangkan saham Yahoo Japan Corp dan Mitsubishi Motors Corp anjlok.
Saat ini, pergerakan bursa Asia dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Pertama, pernyataan the Federal Reserve yang akan mengakhiri program quantitative easing di tengah menguatnya ekonomi AS. Artinya, bank sentral AS itu mengakhiri pembelian obligasi bulanan senilai US$ 15 miliar. Tujuannya tak lain untuk menjaga pertumbuhan ekonomi AS.
Meskipun mengakhiri program ini, the Federal Open Market Committee tetap mempertimbangkan periode waktu yang menjadi patokan bagi investor terkait kapan suku bunga AS akan dinaikkan. Waktu yang dipertimbangkan itu mengacu pada kapan the Fed akan mulai menaikkan suku bunga setelah mengakhiri program QE.
Berkaitan hal tersebut, bank sentral AS menyatakan bahwa pihaknya akan menahan suku bunga jangka pendek mendekati level nol hingga ekonomi AS semakin membaik.
Kedua, investor tengah menganalisa laporan kinerja keuangan sejumlah emiten dari perusahaan-perusahaan besar di Asia.
"Dalam jangka pendek, pasar akan terlihat volatil. Apakah ekonomi AS akan tumbuh lebih kuat lagi sehingga bisa tercermin pada pergerakan hahrga saham dan vbaluasi? Lonjakan ekonomi AS merupakan fondasi kuat bagi reli pasar saham global," papar Matthew Sherwood, head of investment markets research Perpetual Ltd di Sydney.

Brent stabil di bawah US$ 86, WTI di US$ 81

Harga kontrak minyak jenis Brent ditutup stabil di bawah level US$ 86 per barel pada Selasa (29/10). Padahal pada transaksi sebelumnya, harga minyak Brent sempat anjlok ke level US$ 85 sebarel. Kenaikan tipis harga minyak Brent ini disokong oleh reli pada pasar saham Eropa dan pelemahan dollar AS.
Asal tahu saja, bursa Eropa menanjak pada awal pembukaan yang diakibatkan oleh lompatan saham-saham blue chip. Investor membeli saham-saham lini pertama ini karena kinerja mereka yang melampaui estimasi analis. Ini menandakan akan terjadinya pertumbuhan permintaan minyak dari zona Eropa.
Sementara itu, dollar AS melemah setelah data sektor jasa AS pada Oktober lalu tumbuh melambat sejak April. Pelemahan dollar membantu konsumen global untuk membeli komoditas yang menggunakan mata uang dollar seperti minyak.
Namun, data ekonomi China pada Selasa kemarin menunjukkan, laba pada sektor industri mengalami penurunan untuk kali pertama dalam sembilan bulan pertama 2014. Hal ini mengindikasikan akan terjadi perlambatan ekonomi pada negara importir minyak terbesar dunia tersebut.
"Kami melihat pasar minyak tampak stabil saat ini. Sepertinya, dalam jangka panjang, kisaran pergerakan harga minyak hanya US$ 5," jelas Olivier Jakob, oil analyst Petromatrix.
Catatan saja, harga kontrak minyak Brent untuk pengantaran Desember turun 10 sen menjadi US$ 85,73 per barel. Sedangkan harga kontrak minyak WTI untuk pengantaran Desember naik 5 sen menjadi US$ 81,05 per barel.

Harga emas naik tipis di akhir transaksi

Harga emas berakhir dengan kenaikan tipis di New York tadi malam (28/10). Melihat data Bloomberg, di pasar spot, harga emas ditutup naik 0,3% menjadi US$ 1.230 per troy ounce. Sedangkan harga kontrak emas untuk pengantaran Desember ditutup dengan kenaikan 10 sen menjadi US$ 1.229,40 per troy ounce.
Kenaikan harga emas dipicu oleh data ekonomi AS yang naik moderat dari prediksi sehingga menekan pergerakan dollar AS. Namun, pergerakan positif emas tertahan aksi wait and see investor menjelang pernyataan the Federal Reserve.
The Fed dijadwalkan akan mengumumkan penghentian program masif pembelian obligasinya pada Rabu ini (29/10).
"Pergerakan harga emas disokong oleh data penjualan barang-barang tahan lama. Saya rasa dalam jangka pendek, harga emas masih berada di kisaran harga saat ini. Euro dan pasar saham akan memimpin ketimbang emas untuk sementara waktu," jelas Afshin Nabavi, MKS's head of trading.

Wall Street ikut mengerek performa bursa Asia

Bursa Asia dibuka menguat pada transaksi perdagangan pagi ini (29/10). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.20 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,4% ke level tertingginya sejak 7 Oktober lalu.
Sementara, indeks Topix Jepang naik 0,7%. Adapun indeks Kospi Korea Selatan naik 0,7%, indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,2%, dan indeks NZX 50 Selandia Baru naik 0,3%.
Bursa Asia bergerak positif menyusul lompatan pada Wall Street tadi malam. Seperti yang diketahui, indeks S&P 500 ditutup mendekati level rekor di tengah optimisme mengenai kinerja emiten AS dan data ekonomi AS sebelum pernyataan the Federal Reserve.
"Kami melihat tingginya kepercayaan konsumen dan ekspektasi bahwa the Fed belum akan menaikkan suku bunga acuannya. Selama the Fed akan tetap menahan suku bunga rendahnya, pasar akan mendapatkan apa yang mereka inginkan," jelas Jasper Lawler, market analyst CMC Markets Plc.

Turun lagi, harga minyak di level US$ 80 di Asia

Harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate masih tertekan hari ini (28/10). Ini berarti, penurunan harga minyak sudah berlangsung selama tiga hari.
Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 11.28 waktu Tokyo, harga minyak WTI untuk pengantaran cepat turun 0,7% menjadi US$ 80,45 di New York.  Dengan demikian, penurunan harga minyak sudah mencapai 25% jika dihitung dari Juni lalu.
Tertekannya harga minyak masih berkaitan dengan suplai minyak AS yang mendekati level tertingginya dalam empat bulan terakhir. Hasil survei Bloomberg menunjukkan, harga kontrak minyak WTI diprediksi naik sebesar 3,8 juta barel menjadi 381,5 juta pada pekan lalu. Pemerintah AS akan merilis data ini besok.
Sementara itu, harga kontrak minyak Brent turun 0,7% menjadi US$ 85,25 sebarel di London.
"Cukup jelas bahwa situasi suplai minyak berada di level rekor. Artinya, cadangan minyak melimpah sehingga butuh waktu untuk mengurangi kelebihan yang ada. Terkait OPEC, ada ekspektasi bahwa mereka akan segera mengumumkan pemangkasan produksi. Namun, kita tidak tahu apakah mereka akan melakukannya atau tidak," jelas Michael McCarthy, chief strategist CMC Markets di Sydney.

Jelang rapat the Fed, harga emas rebound

Harga kontrak emas dunia rebound dari level terendahnya dalam dua pekan terakhir pada hari ini (28/10). Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pagi tadi, harga kontrak emas untuk pengantaran cepat naik sebesar 0,5% menjadi US$ 1.232,40 per troy ounce. Pada pukul 11.06 waktu Singapura, harga kontrak yang sama berada di posisi US$ 1.231,32 per troy ounce.
Sebelumnya, harga emas sempat turun ke posisi US$ 1.222,62 per troy ounce. Ini merupakan level terendah sejak 15 Oktober lalu. Jika dikalkulasikan, penurunan harga emas sudah mencapai 1,8% dalam empat hari terakhir.
Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember turun sebesar 0,6% menjadi US$ 1.222,20 per troy ounce di Comex, New York. Ini merupakan level terendah sejak 15 Oktober lalu.
Harga emas mendaki seiring spekulasi investor bahwa tingkat permintaan emas akan semakin naik sebelum the Federal Reserve memulai pertemuannya besok. Pada pertemuan tersebut, the Fed diprediksi akan menghentikan program quantitative easing (QE).
"Permintaan fisik emas, khususnya dari kawasan Timur Jauh, masih menjadi penyokong pergerakan emas. Penurunan yang terjadi beberapa waktu belakangan kemungkinan disebabkan adanya pengaturan posisi oleh investor yang berspekulasi the Fed akan mengakhiri program QE mereka," jelas James Steel, analis HSBC Securities Inc.

Gerak bursa Jepang mengambang di dua zona

Bursa Jepang dibuka mengambang di dua zona pada transaksi pagi ini (28/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.36 waktu Tokyo, indeks Topix tak banyak berubah posisi di level 1.253,94. Sebelumnya, indeks acuan bursa Negeri Sakura ini sempat naik 0,1% dan turun 0,2%. Sementara, indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,1% menjadi 15.367,15.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Jepang. Beberapa di antaranya yakni: Fujikura Ltd yang turun 7,4%, ANA Holdings Inc turun 0,6%, Sumco Corp naik 3,3%, dan Kikkoman Corp naik 2,5%.
Ada beberapa sentimen yang mempengaruhi bursa Jepang. Salah satunya, saham-saham produsen logam memicu penurunan indeks. Di sisi lain, saham-saham real estate melaju. Investor saat ini menunggu pengumuman kebijakan bank sentral AS.
"Secara keseluruhan, pasar minim katalis. Investor menunggu dan melihat apa yang terjadi sebelum pertemuan the Fed," jelas Toshihiko Matsuno, chief strategist SMBC Friend Securities Co di Tokyo. 

Harga emas pekan ini masih lemas

Menjelang rapat kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed), harga emas tertekan. Pasar berspekulasi, The Fed akan mengakhiri program stimulus AS. Di sisi lain, pasar modal bergairah dan menyebabkan minat investor berinvestasi emas rada berkurang.
Mengutip data Bloomberg pada Senin (27/10) pukul 15.45 WIB, harga emas pengiriman Desember 2014 di Commodity Exchange turun 0,24% menjadi US$ 1.228,80 per ons troi. Dalam sepekan terakhir, harga emas telah terpangkas sekitar 1,28%. Kabar perkembangan ekonomi Eropa rupanya belum cukup mengangkat harga emas.
Hasil rapat akan diumumkan Kamis (30/10) waktu setempat. The Fed kemungkinan besar akan menghentikan program pembelian obligasi pemerintah dan mortgage backed security (MBS). Sebelumnya, program stimulus ini masih tersisa US$ 15 miliar. Setelah program stimulus berakhir, The Fed kembali mengevaluasi perekonomian AS guna mempersiapkan kenaikan suku bunga tahun depan.
Masih tertekan
Sementara itu, sebanyak 25 bank di bawah pengawasan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak lulus stress test. Dari jumlah itu 13 bank diminta mencari modal tambahan sebesar € 10 miliar. Sementara sisanya sudah memenuhi standar modal yang ditentukan agar bisa selamat melewati masa krisis. Italia menjadi negara terbanyak yang memiliki bank tidak lulus tes, yakni sembilan bank. "Namun pelaku pasar tidak terlalu khawatir dengan hasil stress test ini karena tidak banyak perbankan yang membutuhkan tambahan modal,"

Harga minyak lanjut turun, bursa Asia ikut jatuh

 Bursa Asia dilanda aksi jual pada transaksi perdagangan pagi ini (28/10). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.53 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,2%. Itu artinya, indeks acuan di kawasan regional ini melorot dari posisi penutupan tertingginya sejak 9 Oktober lalu.
Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,5%. Sedangkan indeks Topix Jepang bergerak di dua zona. Indeks Nikkei 225 Stock Average turun 0,2%.
Pergerakan bursa Asia pada hari ini dipengaruhi aksi wait and see investor atas pertemuan the Federal Reserve yang berlangsung besok. Salah satu hasil yang ditunggu-tunggu adalah apakah the Fed akan mengakhiri program pembelian obligasinya.
Selain itu, dollar masih terus melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia akibat anjloknya harga minyak dunia. Catatan saja, Bloomberg Dollar Spot Index terlihat stabil setelah turun sebesar 0,2% kemarin.
"Apa yang kita tunggu adalah nasib QE dan saya tidak mengantisipasi karena penghentian itu akan menyebabkan banyak masalah bagi ekonomi AS dan pasar saham. Terkadang, pasar dapat bereaksi terlalu berlebihan atas hal ini. Namun, sudah banyak reaksi negatif yang kita alami dalam beberapa minggu terakhir," jelas Brian Jacobsen, portfolio strategist Wells Fargo Advantage Funds.

Euro menanti stress test

Nilai tukar euro rentan tertekan. Para pelaku pasar masih menanti hasil uji kesehatan perbankan (stress test) kawasan Eropa yang akan dirilis Minggu (26/10) malam waktu setempat. Namun, data ekonomi Zona Euro yang dirilis akhir pekan lalu memberikan tenaga pada EUR, sehingga masih relatif menguat.
Mengutip Bloomberg, Jumat (24/10), pasangan EUR/USD naik 0,20% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,2671. Pairing EUR/JPY juga naik tipis 0,09% ke level 137,04. Tapi, pasangan EUR/AUD turun 0,13% menjadi 1,4415.
"Prospeknya masih suram, bahkan, ECB berpeluang mengeluarkan stimulus, sehingga sulit bagi euro untuk rebound signifikan," jelas Nizar.
Meski demikian, akhir pekan lalu, EUR lebih unggul ketimbang USD, karena pengaruh data-data ekonomi. Dollar AS loyo lantaran penjualan rumah baru AS bulan September meleset dari ekspektasi. Sementara, Tonny Mariano, analis Harvest International Futures menilai, pergerakan EUR/JPY naik tipis, karena indeks perkembangan manufaktur (Manufacturing PMI) Euro bulan Oktober naik ke level 50,7, dari bulan sebelumnya 50,3%.
Pergerakan pasangan ini selanjutnya akan dipengaruhi data penjualan ritel Jepang bulan September yang diprediksi turun. "Jika sesuai prediksi, EUR bisa menguat," ujar Tonny.

Hasil stress test Eropa melambungkan bursa Asia

 Bursa Asia dibuka di zona hijau pada awal pekan ini (27/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.01 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,5% menjadi 138,22. Ini merupakan kenaikan harian tertinggi sejak 10 Oktober lalu.
Pada pekan lalu, indeks acuan di kawasan regional ini naik 2,9%. Kondisi itu dipicu oleh data kinerja emiten di AS yang melampaui prediksi analis. Selain itu, sentimen positif lainnya adalah data manufaktur Eropa yang secara tidak terduga menunjukkan ekspansi pada bulan ini.
Sementara itu, indeks Topix Jepang naik 0,6%. Sedangkan indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,5% dan indeks Kospi Korea Selatan naik 0,5%. Hari ini, pasar saham di Selandia Baru ditutup karena libur nasional.
Menurut analis, salah satu faktor yang mendorong pergerakan saham di kawasan regional adalah hasil stress test mayoritas bank di Eropa yang positif. Tidak ada satu pun bank besar di Eropa yang memiliki hasil negatif dari hasil studi Bank Sentral Eropa. Kondisi ini menunjukkan adanya pemulihan ekonomi di kawasan tersebut.
"Pelaku pasar memprediksi bursa Asia akan naik lebih tinggi. Pemerintah Eropa sudah berupaya menangani beragam permasalahan dan menggelontorkan pasar dengan likuiditas. Isu utama Eropa dalam beberapa hari terakhir ini sudah diketahui," jelas Donald Williams, chief investment officer Platypus Asset Management Ltd.

Permintaan fisik turun, harga emas jatuh 1%

Harga kontrak emas dunia ditutup dengan penurunan 1% pada transaksi perdagangan Kamis (23/10). Data yang dihimpun Reuters menunjukkan, harga emas di pasar spot turun 0,9% menjadi US$ 1.229,12 per troy ounce setelah sebelumnya menyentuh posisi terendahnya dalam satu pekan terakhir di posisi US$ 1.226,17 per troy ounce.
Sementara itu, harga kontrak emas untuk pengantaran Desember turun US$ 16,40 menjadi US$ 1.299,10 per troy ounce.
Harga emas melorot setelah data ekonomi AS yang dirilis lebih kuat dari prediksi pelaku pasar. Asal tahu saja, data klaim pengangguran AS berada di bawah level 300.0000 selama enam pekan berturut-turut pada minggu lalu. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS semakin solid kendati pertumbuhan ekonomi masih melambat.
Selain itu, hasil kinerja emiten juga berhasi mendongkrak performa pasar saham. Indeks S&P 500 melonjak lebih dari 1,5%.
Kendati demikian, analis menilai, arus dana asing yang keluar dari emas berbasis exchange traded funds menunjukkan bahwa permintaan investor untuk berinvestasi di emas semakin menurun.
"Masih ada arus dana asing yang keluar dari dana investasi fisik emas. Investor barat masih belum terlalu senang mengempit emas," jelas analis Natixis Bernard Dahdad. 

Poundsterling tertekan data ritel

Mata uang poundsterling tertekan terhadap sejumlah mata uang utama. Ini akibat penjualan ritel Inggris lebih rendah dibandingkan proyeksi. Mengutip Bloomberg, Kamis (23/10) pukul 18.00 WIB, pasangan EUR/GBP naik 0,38% ketimbang hari sebelumnya menjadi 0,7911. Pasangan GBP/USD turun 0,21% menjadi 1,6016. Sementara pasangan GBP/JPY naik 0,10% menjadi 172,1460.
Kantor Statistik Nasional Inggris mengumumkan, penjualan ritel per September, termasuk bahan bakar otomotif turun 0,3%. Angka ini lebih buruk dari estimasi median survei Bloomberg News yang cuma turun 0,1%.
Data lainnya yang positif juga nampak pada PMI Eropa Oktober sebesar 50,7. Ini melampaui estimasi 50. Selain itu, indeks jasa Eropa Oktober 52,4, lebih baik dari perkiraan di 52. Selain data penjualan ritel Inggris, data pinjaman perumahan baru (KPR) juga menurun. Perizinan perumahan September 39.300. Lebih rendah dari prediksi 41.500.
"Di jangka panjang, pelaku pasar menaruh perhatian pada ekonomi Eropa yang terancam resesi," ujar Daru. Tonny Mariano, analis PT Harvest International Futures, menuturkan, pasangan GBP/USD berpeluang rebound. Sebab, Kamis (23/10) malam akan ada pengumuman jumlah pengangguran, yang diproyeksi naik.
Suluh Adil Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures, menjelaskan, pasangan GBP/JPY bergerak naik memang anomali. Sebab, fundamental Inggris negatif. Tapi, fundamental Jepang juga positif. Data manufaktur PMI Jepang Oktober menorehkan angka 52,8. Angka itu lebih tinggi dibandingkan estimasi sebesar 52,1. Ini hanya pergerakan sesaat karena tidak ada dukungan faktor fundamental yang kuat.

Bursa Asia melesat mengekor Wall Street

Bursa Asia melesat mengekor pergerakan positif Wall Street. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.31 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,5%. Dengan demikian, sepanjang pekan ini, indeks acuan di kawasan regional ini sudah melaju 3,1%. Ini merupakan kenaikan mingguan pertama sejak awal September.
Sementara itu, indeks Topix Jepang naik 1,1%.
Pasar saham global tadi malam kompak menguat setelah data pengajuan klaim pengangguran AS merosot ke level terendahnya dalam 14 tahun terakhir. Selain itu, data manufaktur di Eropa dan China juga terlihat semakin membaik. Sentimen positif lainnya adalah kinerja positif yang dibukukan sejumlah emiten.
Hari ini, sentimen positif juga datang dari Korea Selatan di mana pertumbuhan ekonomi mereka pada kuartal III lalu berhasil menanjak.
"Pasar bergerak berdasarkan data yang satu ke data yang lain. Banyak sekali volatilitas yang terjadi. Perekonomian China cukup baik dengan segala isu yang menghinggap pada sektor properti. Perekonomian China di luar sektor properti lebih baik dari prediksi pelaku pasar," jelas Tim Schroeders, portfolio manager Pengana Capital Ltd di Melbourne.

Wall Street ambil nafas setelah melaju

Bursa Amerika Serikat (AS) berfluktuasi di awal pembukaan, Rabu (22/10). Data ekonomi positif dan laporan keuangan korporasi yang positif menahan penurunan index di Negeri Paman Sam.
Standard & Poor's 500 Index turun kurang dari 0,1% pada pukul 9:35 waktu New York. Kemarin, acuan ini meloncat dengan kekuatan terbesar selama setahun terakhir yaitu 2%. 
Penguatan bursa AS berbarengan dengan acuan Eropa. Stoxx Europe 600 Index melanjutkan penguatan dengan kenaikan 0,4%. 
"Setelah rebound dari kondisi pasar belakangan, pasar istirahat sejenak. Data ekonomi juga positif," kata Robert Pavlik, Chief Market Strategist di Banyan Partners LLC in New York.
Pemerintah AS hari ini mengumumkan inflasi melaju 0,1% di bulan September, setelah mengalami deflasi 0,2% di bulan Agustus.  
Kinerja korporasi juga menyumbang tenaga bagi bursa AS. Yahoo! Inc melaju 5,5% setelah mengumumkan laba dan pendapatan melampaui di atas perkiraan pasar. Dow Chemical Co meloncat 2,9% dan Boeing Co naik 0,5%.

Inilah ringkasan berita bursa saham hari ini

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT)
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) masih akan menambah gerai baru di tahun depan. Perseroan ini berencana membuka 1.000-1.200 gerai Alfamart baru, termasuk beberapa pusat distribusi.
Tomin Widian, Direktur dan Sekretaris Perusahaan AMRT, mengatakan, untuk ekspansi itu, manajemen menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,8 triliun hingga Rp 2 triliun.
Jumlah dana itu tak jauh berbeda dari belanja modal tahun ini karena AMRT tak bisa terlalu ekspansif membuka gerai. "Persaingan semakin ketat sehingga kami ekspansi stabil saja," ujar dia di Tangerang, Rabu (22/10).
Alfamart tetap akan berekspansi di dalam dan luar Jawa. Tomin bilang, sumber belanja modal itu berasal dari kas internal dan sebagian pinjaman bank. Biasanya, setiap gerai membutuhkan dana Rp 900 juta hingga Rp 1 miliar dan setiap pusat distribusi membutuhkan dana Rp 60 miliar.
Hingga Juni 2014, AMRT sudah membuka 630 gerai Alfamart yang menelan dana investasi senilai Rp 900 miliar. Dengan tambahan 1.200 gerai, hingga akhir 2014, AMRT akan mengoperasikan 9.757 gerai. Dus, di tahun depan, total gerai AMRT diharapkan mencapai 10.957 gerai.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN)
Bisnis properti memang tengah melambat. Namun, hal itu tak lantas menyurutkan ekspansi PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).
Tahun depan, APLN berniat membangun apartemen bersegmentasi menengah ke bawah. Nilai investasi secara total mencapai Rp 2,7 triliun. Investasi itu sudah termasuk konstruksi yang diperkirakan menelan dana Rp 2,4 triliun. Apartemen tersebut akan memiliki enam menara. "Perkiraan kasar, investasi per menara senilai Rp 400 miliar," ungkap Wibisono, Investor Relation APLN, kepada KONTAN, Rabu (22/10).
Kelak, APLN akan membangun kompleks apartemennya di atas lahan seluas 9,5 hektare. Apartemen tersebut berlokasi di Jalan I Gusti Ngurah Rai, Klender, Jakarta Timur.
Untuk akuisisi lahan, sebelumnya manajemen APLN telah mengeluarkan dana senilai Rp 305 miliar. Ini merupakan bagian dari pencaplokan 85% PT Graha Cipta Kharisma (GCK) pada Agustus Lalu. Jadi, lahan seluas 9,5 ha yang akan dibangun apartemen ini adalah lahan milik GCK.
Wibisono menyebutkan, APLN mengembangkan apartemen di Klender karena tak ada pesaing di daerah tersebut. Kemudian, infrastruktur di sekitar lahan itu pun sudah cukup bagus karena dekat dengan shelter TransJakarta dan stasiun kereta api.
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR)
PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mulai membangun pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik Tuban I hingga Tuban IV. Total nilai investasi pembangkit yang memanfaatkan tenaga gas buang ini mencapai Rp 638 miliar.
Direktur Utama SMGR Dwi Soetjipto mengemukakan, perusahaan yang dipimpinnya menggandeng JFE Engineering asal Jepang untuk menggarap proyek dengan teknologi waste heat recovery power generation (WHRPG) ini.
WHRPG merupakan teknologi pembangkit listrik yang memanfaatkan gas buang operasional pabrik untuk menghasilkan tenaga panas. Ini berbeda dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar.
Adapun, kapasitas pembangkit WHRPG tersebut sebesar 30,6 megawatt (MW). "Proyek pembangkit WHRPG ini akan dikerjakan selama 26 bulan, mulai Oktober 2014," ujar Dwi, dalam pernyataan resminya, Rabu (22/10).
Manajemen SMGR menargetkan, pembangkit listrik ini sudah bisa beroperasi pada akhir semester kedua 2016. Apabila pembangkit WHRPG ini sudah beroperasi, menurut Dwi, maka perseroan ini bisa mengurangi penggunaan listrik yang disuplai PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 152 kilo watt hour (kWh) per tahun.
Kapasitas penggunaan itu berpotensi menghemat biaya listrik sekitar Rp 120 miliar per tahun. Tenaga listrik yang dihasilkan WHRPG ini setara dengan sepertiga dari konsumsi listrik empat pabrik SMGR di Tuban, yang total mencapai 140 MW.

Wall Street terpeleset harga minyak mentah

Bursa Amerika Serikat (AS) ditutup melemah untuk perdagangan Rabu (22/10). Sektor saham energi memimpin penurunan di tengah tekanan harga minyak mentah dunia. 
Standard & Poor's 500 Index terpeleset 0,7% menjadi 1.927,11 pada pukul 4 sore waktu setempat. Dow Jones Industrial Average turun 153,49 poin atau 0,9% ke 16.461,32. Indeks Nasdaq juga merosot 0,8%. 
Penurunan harga minyak sebesar 2,4% ke level US$ 80,52 per barel, merupakan level terendah selama dua tahun terakhir. Saham-saham berbasis energi ikut terseret turun 1,7%.
Cimarex Energy Co dan Helmerich & Payne Inc kehilangan lebih dari 4,6% dan memimpin penurunan di antara 43 saham energi di S&P. Harga minyak mentah tertekan setelah Amerika Serikat mengumumkan cadangan minyak naik 7,11 juta barel pekan lalu.
Penurunan saham energi menutup kenaikan saham yang ditopang laporan keuangan positif. Yahoo misalnya menguat 4,5% setelah mengumumkan pendapatan US$ 1,18 miliar, lebih tinggi dari perkiraan analis Wall Street yaitu US$ 1,14 miliar. 

Bursa Asia berfluktuasi menunggu data China

Bursa Asia turun di perdagangan pagi ini, Kamis (23/10), mengekor penurunan yang terjadi di bursa Amerika Serikat. Investor terlihat enggan agresif berbelanja saham sembari menunggu data awal manufaktur China.
MSCI Asia Pacific turun 0,3% ke 137,45 pukul 9:01 waktu Tokyo. Kemarin acuan ini menguat 1,4%. Sedangkan indeks Amerika Serikat Standard & Poor's 500 merosot 0,7% tadi malam. 
HSBC Holdings Plc dan Markit Economics akan merilis data awal gambaran manufaktur China bulan Oktober. Perkiraannya, purchasing managers index (PMI) China akan tetap berekspansi, dengan indeks di level 50,2. 
Indeks Topix di Jepang merosot 0,7% dan Kospi di Korea Selatan berkurang 0,1%. S&P/ASX 200 Index di Australia tak banyak bergerak sedangkan NZX 50 di Selandia baru naik 0,2%. Pasar di China dan Hong Kong belum dibuka.
"Data ekonomi China baru menjadi fokus penggerak jika hasilnya jauh lebih besar atau kurang dari perkiraan. Tapi sebagian besar data ekonomi China kurang lebih seperti yang diperkirakan pasar," kata Donald Williams, Chief Investment Officer di Platypus Asset Management Ltd. Jadi, dia memperkirakan, volatilitas bursa kawasan Asia akan tetap tinggi.
Setiap hari di bulan Oktober, rata-rata saham di Asia berayun 0,9%. Volatilitas ini lebih besar dibandingkan fluktuasi 0,5% di bulan September.

Bahana: IHSG akan bergerak positif

 Pada perdagangan Selasa (21/10) IHSG turun 11 poin (-0,22%) ke level 5.029,34. Menurut Bahana Securities, IHSG terkena sentimen aksi profit taking sekaligus menanti pengumuman kabinet menteri yang rencananya akan diumumkan hari ini (22/10).
Saham-saham yang menjadi pemberat bursa kemarin di antaranya ASII, BBRI, BMRI, PGAS, dan GGRM. Asing kembali mencatatkan net sell di pasar reguler sebesar Rp 303,7 miliar. Adapun saham-saham yang paling banyak dijual asing yakni BBRI, BMRI, SMGR, TLKM, dan INDF.
Menurut Bahana, secara teknikal, penurunan kemarin tidak didukung volume dan masih terlihat test support MA20 serta tutup di area upper band bollinger. Stochastic positif sementara RSI flat dan MACD positif divergence.
"Hari ini (22/10), IHSG diperkirakan masih akan menguat dan bergerak dikisaran 5.000-5.100," jelas Bahana. Saham-saham yang dapat diperhatikan yakni BBNI, KIJA, MBSS, MLPL, dan TBIG.
Sedangkan untuk rupiah pada Selasa (21/10) ditutup di level 11.991. Hari ini rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran 11.926-12.024 dengan kecenderungan menguat.

Ekonomi Tiongkok angkat aussie

 Indikator perekonomian China yang cukup bagus memberi asupan tenaga bagi dollar aussie (AUD). Maklum, Tiongkok merupakan mitra dagang utama Australia. Alhasil, aussie menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia lain. Mengutip Bloomberg, Selasa (21/10) pukul 19.20 WIB, pasangan EUR/AUD turun 0,59% dibanding hari sebelumnya menjadi 1,4487. Lalu, pairing AUD/USD naik 0,41% menjadi 0,8820 dan pasangan AUD/JPY juga naik 0,17% ke level 94,09.
Di sisi lain, EUR cenderung loyo, karena ekonomi Eropa belum menunjukkan perbaikan. Neraca perdagangan Eropa bulan Agustus sekitar US$ 18,9 miliar, lebih rendah ketimbang ekspektasi sebesar US$ 21,3 miliar. Meski demikian Suluh menduga, penguatan AUD relatif terbatas. Pasalnya, Bank Sentral Australia (RBA) pada Selasa (21/10) memperingatkan bank-bank besar di Australia, agar waspada terhadap lonjakan pinjaman di sektor properti. RBA juga masih menyinggung mengenai nilai tukar aussie yang terlalu kuat. Ini dikhawatirkan melemahkan kinerja ekspor. "Selain itu, dollar AS sebelumnya sudah menyentuh level tertinggi empat tahun. Jadi, wajar jika saat ini USD terkoreksi terhadap aussie," jelas Alwy. Apalagi, kata Alwy, pejabat Bank Sentral AS (The Federal Reserves) mengatakan, bakal meninjau kembali rencana kenaikan suku bunga, lantaran melihat perlambatan ekonomi global. Pernyataan itu melemahkan posisi USD. Sementara, JPY cukup kokoh versus mata utama dunia lain, terpicu isu perlambatan ekonomi global. "Isu perlambatan ekonomi global memicu pelaku pasar mengalihkan dana mereka dari aset berisiko ke aset aman, seperti yen," ungkap Ariston. Penguatan yen sudah terjadi sejak awal Oktober, meski pergerakannya volatil.

Bursa Asia rebound di tengah reli global

Bursa Asia dibuka menguat pada transaksi perdagangan hari ini (22/10). Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, pada pukul 10.05 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific naik 0,8%. Sementara, indeks Topix naik 1,8% di Tokyo dan indeks Kospi naik 0,6% di Seoul.
Pergerakan sejumlah saham turut mempengaruhi bursa Asia. Salah satunya adalah saham BHP Billiton Ltd yang mendaki setelah meningkatkan tingkat produksi bijih besinya.
Bursa Asia mengekor pasar saham global di tengah spekulasi bahwa bank sentral Eropa akan segera meningkatkan stimulus perekonomiannya. Sekadar tambahan informasi, seorang sumber yang mengetahui detil mengenai hal ini, Bank Sentral Eropa membeli surat utang Italia kemarin. Ada juga spekulasi yang beredar bank sentral Eropa akan meningkatkan pembelian ke surat utang korporasi,
"Bottom line yang mempengaruhi pergerakan pasar adalah Jepang dan ECB. Hal ini akan menyeimbangkan sentimen dari the Fed," jelas Shane Oliver, head of investment strategy AMP Capital Investors Ltd.

Laporan keuangan angkat kinerja bursa AS

 Indeks saham Amerika Serikat, Standard & Poor's 500 menguat untuk hari ketiga. Kinerja korporasi menjadi pendorong utama pergerakan bursa di perdagangan hari Senin (20/10). 
S&P 500 bertambah 0.9% ke 1.904,01 pada pukul 16:00 sore waktu New York, sementara saham Apple Inc menguat 1,1% setelah pasar tutup. Dow Jones Industrial Average hanya menguat tipis 0,1%. 
Fokus investor kini beralih ke musim laporan keuangan korporasi. Selama empat pekan lalu, pasar terbebani dengan kekhawatiran akan pelambatan ekonomi dan senilai US$ 4,3 triliun dana angkat kaki dari bursa dunia. 
"Di AS, kita mulai memasuki jantung dari laporan keuangan. Sejauh ini bagus dan mudah-mudahan kita melihat fundamental di AS masih menarik," kata Bill Stone, Chief Investment Strategist di PNC Wealth Management pada Bloomberg.
Saham Apple melonjak ke US$ 100,75 pada pukul 16.56 sore waktu New York. Perusahaan asal Cupertino, California menyampaikan laba US$ 1,42 per saham, melampaui perkiraan pasar US$ 1,3 per saham. 
Apple mengatakan, iPhone layar bersar akan mendorong penjualan setidaknya 10% di musim liburan Oktober-Desember. Sementara IBM terjun 7,1% setelah perusahaan mengatakan masih berjuang melakukan transformasi bisnis. 
Saham AS berkebalikan dengan bursa Eropa yang terkoreksi. Stoxx Europe 600 Index kehilangan 0,5% untuk perdagangan Senin. 

Bursa Jepang sideways mencari arah

Bursa Jepang berayun ke zona positif dan negatif di awal perdagangan hari ini, Selasa (21/10). Salah satu indeks setempat Topix tak banyak bergerak setelah kemarin reli dengan penguatan terbesar dalam setahun.
Indeks Topix hanya bergeser sedikit dan diperdagangkan di level 1.223,83 pada pukul 8:35 pagi waktu Tokyo. Pagi ini Topix berayun naik dan turun di kisaran 0,3%. Acuan ini kemarin menguat sampai 4%, kenaikan terbesar sejak Juni 2013.
Sedangkan Nikkei 225 terperosok 0,4% pagi ini ke level 15.053,74. Yen Jepang menguat 0,1% ke level 106,82 per dollar AS. 
Analis melihat, bursa Jepang masih dipengaruhi faktor eksternal. "Bursa AS yang mulai tenang sekarang, positif bagi bursa Jepang. Tapi lingkungan eksternal lainnya termasuk kurs, cenderung bervariasi," kata Toshihiko Matsuno, Chief Strategist di SMBC Friend Securities Co.
Toyota Motor Corp menjadi pendorong terbesar bursa ke zona positif. Sementara operator telekomunikasi Softbank Corp menjadi pemberat bursa terbesar.

Harga minyak tertekan, Loonie terpukul

Longsornya harga minyak mentah dunia memukul nilai tukar dollar Kanada (CAD) alias loonie. Maklum, negara ini salah satu pengekspor minyak terbesar di dunia.
Data Bloomberg menunjukkan, Jumat (17/10), pasangan USD/CAD naik 0,17% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 1,1277. Pairing GBP/CAD  juga naik 0,20% ke level 1,8150. Namun, CAD unggul 0,22% versus EUR menjadi 1,4391.
Gunawan Sutanto, Head of Research Philip Securities, menilai, pasangan USD/CAD bergerak naik. Pekan lalu, USD kembali berotot setelah perekonomian Amerika Serikat menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. 
Indikator itu terlihat dari izin pembangunan rumah baru (building permits) bulan September mencapai 1,02 juta unit. Kendati lebih rendah dari prediksi 1,4 juta, masih naik dari bulan Agustus, 1 juta unit. Di sisi lain, perekonomian Kanada dibayangi sentimen negatif, akibat koreksi harga minyak mentah. 
Seperti diketahui, beberapa bulan terakhir harga minyak turun tajam, hingga sempat menyentuh  US$ 80 per barel."Ke depan, pasangan USD/CAD masih dalam tren bullish, karena harga minyak mentah global masih melemah," prediksi Gunawan.
Sementara, dari sisi Kanada, CAD rentan tertekan, sebab harga minyak mentah global belum menunjukkan penguatan. Prediksi Tonny, ke depan, pasangan GBP/CAD masih akan naik, apabila koreksi harga minyak berlanjut. 
Namun ia mengingatkan, di jangka panjang ada potensi pasangan GBP/CAD turun. Ini bisa terjadi bila perekonomian AS terus membaik dan menyokong dollar AS. Nah, saat USD menguat, EUR akan jatuh. “Pelemahan euro bisa ikut melemahkan poundsterling, sebab sebagian besar tujuan ekspor Inggris adalah kawasan Eropa,” paparnya.
Adapun Ariston Tjendra, Head of Research and Anlysis Division PT Monex Investindo Futures, bilang, CAD masih unggul ketimbang EUR, karena perekonomian kawasan Eropa belum menunjukkan perbaikan. 
Di sisi lain, data ekonomi Kanada masih cukup positif. Indeks harga konsumen (CPI) bulan September masih naik 0,2%, melebihi ekspektasi pasar, yaitu 0,1%.

Bursa Jepang melompat di awal perdagangan

Bursa Jepang bersemangat membuka pekan ini, Senin (20/10). Index Topix menguat dengan kenaikan terbesar setahun terakhir. 
Topix melompat 2,8% ke level 1.210,01 pada pukul 9.05 pagi waktu Tokyo. Sebanyak 33 grup industri ikut menyokong. Kenaikan ini memangkas penurunan menahan penurunan lebih dalam, yang terjadi 12% sepanjang tiga pekan terakhir. 
Nikkei 225 Stock Average juga meloncat 2,7% ke 14.929,21. Penguatan bursa Jepang ditopang pelemahan yen 0,2% ke level ¥ 107,12 per dollar AS. 
Kepemilikan saham juga dilakukan oleh pemerintah. Koran setempat Nikkei mengabarkan, Government Pension Investment Fund berencana menambah alokasi kepemilikan di saham lokal dengan porsi 25% dari dana investasinya, dibanding sebelumnya 12%. Sehingga kepemilikan obligasi global dan saham dikombinasikan mencapai 30%.

Harga minyak mentah tekan harga CPO

Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) masih terjerembab. Dan di saat pasar minyak sawit lesu, harga minyak bumi anjlok. Hal ini menyebabkan produk biodiesel hasil olahan CPO kurang diminati pasar. Data Bloomberg, Kamis (16/10) pukul 15.00 WIB, harga CPO pengiriman Desember 2014 di Malaysia Derivatif Exchange (MDE) turun 0,8% dari hari sebelumnya menjadi RM 2.117 per metrik ton. Sedangkan dalam sepekan, harga telah anjlok 3,4%.
Tapi penyebab lesunya permintaan CPO terutama terjadi karena faktor global. "Masih didominasi kekhawatiran pelambatan ekonomi global," terang Zulfirman. Dian Agustina, analis MNC Securities, menilai, anjloknya harga minyak bumi dalam beberapa hari terakhir ikut memicu pelemahan harga minyak sawit.
Penurunan harga juga terjadi akibat pelemahan ekspor Malaysia. Berdasarkan data Intertek Testing Services (ITS), ekspor CPO Malaysia 1-15 Oktober 2014 turun 16,5% dari periode yang sama bulan sebelumnya. Sementara laporan Societe Generale de Surveillance pada rentang 1-10 Oktober, ekspor CPO turun 15,5%.
Tren harga
Firman memperkirakan, harga CPO masih akan tertekan karena ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut. Sepekan ini, ia melihat pergerakan harga akan menunggu pengumuman pendapatan domestik bruto (PDB) Tiongkok. Jika hasilnya jelek, harga CPO bakal memperpanjang tren penurunan.
Secara teknikal, Firman menilai harga CPO masih cenderung koreksi. Harga di antara moving average (MA) 50 dan 100 memberi tanda penurunan. Stochastic berada di level 19% pertanda turun. Indikator relative strength index (RSI) di level 44% menunjukkan harga masih turun.
Demikian juga dengan moving average convergence divergence (MACD) di level 1% menujukkan tekanan. Hari ini, Firman memperkirakan, harga CPO bergulir di rentang RM 2.080-RM 2.130 per metrik ton. Sedangkan sepekan ke depan, harga bergerak di RM 2.065-RM 2.170 per metrik ton.
Prediksi Dian, harga CPO juga masih akan melemah. Hari ini, harga CPO diperkirakan bergerak di level RM 2.110-RM 2.130 per metrik ton. Dalam sepekan, harga bergerak di kisaran RM 2.080-RM 2.150 per metrik ton.
 
© 2009 PT Rifan Financindo Berjangka Medan | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan