Kartel Diduga 'Goreng' Kedelai

Dewan Kedelai Nasional (DKN) mengendus adanya praktik kartel sebagai penyebab melonjaknya harga kedelai saat ini. Lonjakan harga kedelai saat ini tak semata-mata hanya karena kurs rupiah yang melemah terhadap dolar AS.
Ketua DKN Benny Kusbini mengatakan, kartel terjadi karena perdagangan kedelai dikontrol sepenuhnya oleh pihak swasta."Perdagangan kedelai dilakukan sepenuhnya atau 100% dikuasai oleh pihak swasta. Mereka itu terdiri dari 6-8 perusahaan itu saja yang menguasai perdagangan kedelai," ungkap Benny, Senin (2/9).

Menurutnya, gejolak harga kedelai yang terjadi saat ini mirip kejadian tahun lalu (2012). Pada saat itu harga kedelai melonjak tajam dan para perajin tahu dan tempe sulit mendapatkan kedelai dari tangan importir. Namun tahun ini, Benny menilai para importir cerdik mengambil keuntungan dari fluktuasi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Importir tahu kebutuhan kedelai kita 80% itu dari impor jadi mereka ‘menggoreng’ situasi ini sebagai situasi yang tepat," imbuhnya.

Untuk mencegah terjadinya kartel harga kedelai, dia menyarankan agar pemerintah perlu mengatur tata niaga impor produk kedelai. Impor kedelai ini seharusnya hanya dilakukan satu pintu oleh pemerintah atau lembaga lain yang ditunjuk."Jangan sampai ada praktik sistem jual beli kuota di institusi terkait. Kemudian 9 bahan pokok yang terkait hajat hidup orang banyak jelas dikuasai oleh negara bukan swasta. Importir itu pintar mereka awalnya bawang putih, setelah beres pindah ke cabai kemudian ke daging sapi dan sekarang kembali lagi ke kedelai. Begitu nanti seterusnya," cetusnya.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Tahu/Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin mengemukakan pula, spekulan atau importir kedelai sengaja menimbun pasokan agar harga kedelai melonjak."Jadi selain melemahnya nilai tukar rupiah, ada upaya spekulan atau importir yang sengaja menahan barang dan mengeluarkan sedikit demi sedikit sehingga harga kedelai melonjak," ungkapnya.

Adanya ulah nakal importir sudah mulai diendus perajin tempe-tahu karena terbatasnya jumlah pasokan dari tangan importir."Dari semua importir, hanya ada satu importir yang rutin mengirimkan kedelainya ke perajin itu PT SKS Multi Agro, ia tetap jualan. Yang lain seperti Cargill katanya nggak ada barang, kalau beli juga harganya mahal," imbuhnya.

Aip menambahkan, kejadian ini sudah dimulai sejak awal Agustus 2013. Harga kedelai terus melonjak padahal di bulan Juli harga rata-rata kedelai hanya Rp 6.700-7.100/kg."Pertengahan Agustus 2013 itu sudah puncaknya harga kedelai naik, tiba-tiba menjadi Rp 9.000/kg saja," katanya.

Namun jika dia menghitung pengaruh melemahnya nilai rupiah, harga kedelai seharusnya hanya mengalami kenaikan harga sebesar 20%."Jadi harganya Rp 8.000-an/kg dari harga lama Rp 6.700-7.100/kg," tuturnya.

Saat menyinggung  usulan  kalangan importir  yang menginginkan pembebasan bea masuk atau pajak impor kedelai dari 5%  kini,  Aip mengatakan, bukanlah cara yang tepat menyelesaikan kisruh kedelai. "Kurang tepat cara itu, hanya akan untungkan importir," katanya.

Dia mengingatkan kejadian serupa satu tahun lalu, di mana harga kedelai melonjak tajam. Namun Menteri Keuangan saat itu Agus Martowardojo membebaskan bea masuk impor kedelai. Kebijakan pembebasan bea masuk impor kedelai pada saat itu berlaku mulai awal Agustus 2012 hingga akhir tahun 2012. "Kejadiannya sama seperti tahun lalu, ya melonjaknya harga kedelai ini," katanya.

Oleh karena itu pihaknya berharap agar tata niaga kedelai segera dilakukan pemerintah termasuk penunjukan Perum Bulog sebagai stabilisator harga kedelai. Selain itu program swasembada kedelai harus kembali dijalankan, khususnya oleh Kementerian Pertanian.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan pemerintah sudah menginstruksikan Bulog melakukan intervensi untuk mengendalikan harga kedelai."Bulog sudah menjalankan keputusan presiden, yaitu melakukan impor kedelai dengan tujuan mengintervensi pasar agar harga kedelai tetap stabil," katanya.

Kepala Humas Perum Bulog Nugroho mengakui pihaknya telah mendapatkan izin untuk mendatangkan kedelai impor minggu lalu.

"Izinnya sudah dikeluarkan minggu lalu, dari total 100.000 ton yang kita ajukan hanya 20.000 yang diberikan Kementerian Perdagangan. Mekanismenya nanti menyusul," katanya.
Sementara Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Syarief Hasan mengatakan sudah minta para importir untuk melepas stok kedelai mereka dengan harga Rp 8.000/kg. “Harga ini lebih rendah dari harga pasar agar para perajin tahu dan tempe bisa bekerja kembali," katanya.(medan bisnis)
 
© 2009 PT Rifan Financindo Berjangka Medan | Powered by Blogger | Built on the Blogger Template Valid X/HTML (Just Home Page) | Design: Choen | PageNav: Abu Farhan