PT.RIFAN FINANCINDO BERJANGKA :
Ekonomi
Jepang tumbuh lebih dari yang diharapkan dalam tiga bulan pertama 2016
seiring lebih kuat dari perkiraannya belanja konsumen dan pengeluaran
pemerintah serta permintaan untuk barang-barang Jepang di luar negeri,
mungkin mengurangi tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Shinzo Abe
untuk meluncurkan stimulus fiskal lebih lanjut untuk membantu memacu
pertumbuhan.
Produk
domestik bruto tumbuh 1,7% di tingkat tahunan pada kuartal dalam
periode Januari-Maret, menurut data pemerintah yang dirilis Rabu. Angka
itu lebih besar dari kenaikan 0,3% yang diperkirakan oleh ekonom yang
disurvei oleh The Wall Street Journal, dan datang setelah revisi
penurunan 1,7% pada kuartal terakhir 2015.
Data
yang kuat melebihi diperkirakan menjadi berita bagus bagi Perdana
Menteri Abe yang sudah mencoba untuk menghidupkan kembali ekonomi negera
beribukota Tokyo itu selama tiga tahun terakhir dengan tambahan
stimulus moneter dan fiskal.
Angka
pertumbuhan kontras dengan data ekonomi yang lemah baru-baru ini yang
memicu harapan Mr. Abe akan meluncurkan stimulus fiskal lebih untuk
menghasilkan pertumbuhan dan dia juga akan menunda kenaikan pajak
penjualan yang direncanakan untuk 2017. Media lokal melaporkan bahwa Mr.
Abe bermaksud untuk menunda kenaikan pajak. Kenaikan pajak penjualan
pada tahun 2014 menjadi kambing hitam sehingga mengirim ekonomi ke dalam
resesi.
Pertumbuhan
terangkat oleh pengeluaran rumah tangga yang secara tak terduga
menguat, meningkat 0,5% pada kuartal pertama dibandingkan dengan
perkiraan kenaikan 0,3%. pengeluaran rumah tangga memberikan sekitar 60%
pengaruh dari produk domestik bruto.
Konsumsi pemerintah bertambah 0,7% dari kuartal sebelumnya dan investasi tetap masyarakat meningkat 0,3%.
Permintaan
luar negeri menjadi titik terang lainnya dalam data. Permintaan
eksternal bersih menyumbang 0,2 poin persentase positif untuk
pertumbuhan. Ekspor meningkat 0,6% pada kuartal pertama setelah jatuh
0,8% pada kuartal sebelumnya. Impor jatuh untuk kuartal kedua
berturut-turut.
Salah
satu bagian yang lemah dari data yakni pengeluaran bisnis. Perusahaan
mengurangi investasi bisnis 1,4% pada kuartal pertama, penurunan pertama
dalam tiga kuartal. Para ekonom mengatakan bahwa bisnis cenderung
menahan diri dalam belanja modal di tengah ketidakpastian tentang
ekonomi luar negeri.
Jepang
akan menjadi tuan rumah KTT G-7 pada akhir Mei, memberikan Mr. Abe
kesempatan untuk mengungkapkan langkah-langkah kebijakan untuk
menghidupkan kembali kepercayaan dalam program pro-pertumbuhan-nya
termasuk stimulus fiskal, ekonom mengatakan.
Seorang penasehat dekat Mr. Abe menyerukan paket belanja besar akan disahkan pada musim gugur. (sdm)
Sumber: MarketWatch